Akibat Rupiah Melemah, Pengusaha Sawit Menjerit
![]() |
Sugeng, Manager PT Palmindo Biliton Berjaya |
Sugeng, Manager PT. Palmindo Biliton Berjaya (PBB) kepada Jejak Kasus, Rabu (29/1) mengatakan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar sangat berpengaruh terutama ongkos produksi yang mengalami kenaikan.
"Imbasnya yakni terhadap harga pupuk. Perkebunan sawit modalnya 80 persen adalah pupuk. Pupuk yang kita gunakan banyak yang impor dari luar. Hanya urea saja yang diproduksi nasional. Otomatis harga pupuk naik, karena nilai tukar rupiah melemah," terang Sugeng.
Dijelaskan Sugeng kebutuhan pupuk untuk satu pokok kelapa sawit mencapai 5 hingga 6 kilogram (kg) per tahunnya.
"Harga pupuk yang tinggi, belum lagi pasokannya yang sulit cukup melemahkan usaha perkebunan sawit kami," tutur Sugeng.
Saat ini dikatakan Sugeng, dari 18.750 hektar ijin prinsip yang diberikan Pemkab Belitung baru 2.800 hektar saja yang tergarap.
"Sedangkan produksi saat ini yang kita dapat baru 7 ton per hektarnya. Kelapa sawit kita baru berusia 5 tahun atau tanaman menghasilkan (TM) 3," ungkap Sugeng.
Selain harga pupuk yang tinggi, tingginya upah buruh pun ikut menambah faktor melemahnya sektor perkebunan sawit. Peningkatan ongkos produksi pada tahun 2014 ini dikatakan Sugeng mengalami kenaikan sebesar 20 persen.
"Belum lagi harga crude palm oil (CPO) yang belum stabil. Harganya turun naik," pungkas Sugeng.(Herman)
0 Response to "Akibat Rupiah Melemah, Pengusaha Sawit Menjerit"
Post a Comment