KUNJUNGAN BUPATI BONE DIDESA PUSUNGNGE KECAMATAN CENRANA KAB BONE
WATAMPONE, www.jejakkasus.info - Bupati Bone Dr.H.Andi Fahsar Mahdin Padjalangi,M.Si. bersama Wakil Bupati Drs.H.Ambo Dalle,M.M. melakukan kunjungan kerja di kecamatan Cenrana. Dalam kunjungan kerja tersebut, Bupati mendampingi Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Kementerian Sosial RI Prof.Dr.H.Syahabuddin,M.Ag.
Kunjungan kerja Bupati kali ini juga meresmikan Masjid Nurul Hadi Nipa-Nipa desa Pusungnge Kecamatan Cenrana yang dirangkaikan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW. Beberapa pimpinan SKPD turut bersama bupati.
Dengan menaiki perahu katinting menyibak riak sungai Walennae, beberapa menit kemudian Bupati Bone dan Wakil Bupati bersama rombongan tiba di desa Pusungnge. Disepanjang perjalanan menuju Pusungnge masyarakat setempat menyambut hangat kehadiran bupati sambil berdiri di tepi sungai melambaikan tangan.
Sekadar diketahui, desa Pusungnge kecamatan Cenrana merupakan pemekaran desa tahun 1993 terbagi atas dua dusun, yaitu dusun I dan dusun II Nipa-Nipa. Sebagian wilayah kecamatan Cenrana dengan 1 kelurahan dan 15 desa diselimuti oleh tambak atau empang yang menjadi tempat mata pencaharian utama hampir seluruh warga setempat, termasuk desa Pusungnge.
Beberapa warga mempunyai empang sendiri atau empang yang dikontrak untuk dikelola, beberapa lainnya bekerja kepada pemilik empang sebagai pekerja empang. produksi empang pun di desa ini cukup besar sampai terkenal pada skala nasional hingga internasional.
Hasil-hasil empang tersebut meliputi berbagai jenis ikan, udang, kepiting, dan yang paling baru dan diminati warga adalah bertani Sango-sango, semacam pertanian rumput laut yang tumbuh di air payau, biasanya di tambak. Anak muda usia remaja pun banyak yang memilih untuk mengambil profesi ini di umur produktif mereka untuk belajar di sekolah atau perguruan tinggi.
Setiap bulan mereka rata-rata bisa memeroleh penghasilan kira-kira 2-3 juta per bulan dengan bekerja sebagai buruh membantu pemilik empang untuk merawat dan memanen hasil empangnya. Mereka bekerja dari pukul 8 pagi hingga 3 sore.
Adapun pemilik empang, kalau kondisi empang dan cuaca mendukung, mereka bisa memeroleh penghasilan kotor sekira 90 juta rupiah persepuluh hari panen, tentunya dengan hasil empang yang dibarengi dengan Sango-sango, rumput laut yang pengelolaannya tidak begitu sulit dan dihargai oleh pasaran cukup tinggi hingga diekspor ke luar negeri misalnya Korea untuk kemudian diolah menjadi bahan makanan atau kosmetik.
Tidak seperti beberapa desa lainnya di Cenrana di mana orang biasa menggunakan sawah tadah hujan untuk bertani di kala kemarau, empang menjadi satu-satunya sumber kehidupan utama di Pusungnge.
Di desa Pusungnge, hanya ada satu sekolah yaitu yang ada di dusun II, Nipa-nipa. Jaraknya cukup jauh dari dusun I ditempuh dengan perahu katinting selama sekitar 15 menit. bahkan tidak sedikit anak SD yang tinggal di dusun I memilih untuk hengkang bersekolah ke desa lain di luar Pusungnge dengan alasan karena jarak yang memang lebih dekat dibanding bersekolah di dusun II.
Untuk kegiatan hiburan di kampung ini, masyarakat terutama anak muda biasa menghabiskan waktu dengan olahraga-olahraga seperti sepak bola, sepak takraw, bola voli, dan bulu tangkis. Adapun hiburan lainnya, televisi beserta siaran-siaran nasional dan mancanegara sudah dapat diakses warga dengan antena parabola. Melihat kemampuan akses informasi yang cukup tinggi ini, tidak semestinya masyarakat di sini dinyatakan tertinggal.
Untuk transportasi, perahu menjadi kendaraan utama warga setempat untuk mobilisasi dari satu desa ke desa lain, hingga ke kecamatan. Di Pusungnge sendiri, layaknya desa tulen, hampir tidak pernah melihat motor, apalagi mobil. Sebagai gantinya, tiap rumah memiliki perahu Katinting sebagai alat transportasi utama mereka menyeberangi sungai besar Cenrana yang terparkir rapi di pinggir sungai.
Perahu Katinting semacam perahu buatan tangan manusia pada umumnya yang panjangnya 3-4 meter yang menggunakan mesin berbahan bakar bensin dan memuat 3-4 orang. Katinting seperti yang dinaiki bapak Bupati Bone dikemudikan oleh satu orang di bagian belakang perahu.
Untuk angkutan umum, warga menggunakan perahu katinting yang lebih panjang guna memuat 10-15 orang, yang mereka sebut dengan Taxi. Taxi dapat dijumpai di dermaga-dermaga setiap desa, termasuk dipasar.
Lahan taman desa di desa ini kurang, mengingat daratan desa yang dipenuhi dengan pasir, jadi tanaman-tanaman hias agak sulit ditemui. Namun dengan mengarungi desa Pusungnge, mata tetap akan dimanjakan dengan tumbuhan-tumbuhan pesisir yang tumbuh bebas di berbagai tempat, misalnya kelapa, mangrove, dan beberapa lainnya.( TIM )
Kunjungan kerja Bupati kali ini juga meresmikan Masjid Nurul Hadi Nipa-Nipa desa Pusungnge Kecamatan Cenrana yang dirangkaikan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW. Beberapa pimpinan SKPD turut bersama bupati.
Dengan menaiki perahu katinting menyibak riak sungai Walennae, beberapa menit kemudian Bupati Bone dan Wakil Bupati bersama rombongan tiba di desa Pusungnge. Disepanjang perjalanan menuju Pusungnge masyarakat setempat menyambut hangat kehadiran bupati sambil berdiri di tepi sungai melambaikan tangan.
Sekadar diketahui, desa Pusungnge kecamatan Cenrana merupakan pemekaran desa tahun 1993 terbagi atas dua dusun, yaitu dusun I dan dusun II Nipa-Nipa. Sebagian wilayah kecamatan Cenrana dengan 1 kelurahan dan 15 desa diselimuti oleh tambak atau empang yang menjadi tempat mata pencaharian utama hampir seluruh warga setempat, termasuk desa Pusungnge.
Beberapa warga mempunyai empang sendiri atau empang yang dikontrak untuk dikelola, beberapa lainnya bekerja kepada pemilik empang sebagai pekerja empang. produksi empang pun di desa ini cukup besar sampai terkenal pada skala nasional hingga internasional.
Hasil-hasil empang tersebut meliputi berbagai jenis ikan, udang, kepiting, dan yang paling baru dan diminati warga adalah bertani Sango-sango, semacam pertanian rumput laut yang tumbuh di air payau, biasanya di tambak. Anak muda usia remaja pun banyak yang memilih untuk mengambil profesi ini di umur produktif mereka untuk belajar di sekolah atau perguruan tinggi.
Setiap bulan mereka rata-rata bisa memeroleh penghasilan kira-kira 2-3 juta per bulan dengan bekerja sebagai buruh membantu pemilik empang untuk merawat dan memanen hasil empangnya. Mereka bekerja dari pukul 8 pagi hingga 3 sore.
Adapun pemilik empang, kalau kondisi empang dan cuaca mendukung, mereka bisa memeroleh penghasilan kotor sekira 90 juta rupiah persepuluh hari panen, tentunya dengan hasil empang yang dibarengi dengan Sango-sango, rumput laut yang pengelolaannya tidak begitu sulit dan dihargai oleh pasaran cukup tinggi hingga diekspor ke luar negeri misalnya Korea untuk kemudian diolah menjadi bahan makanan atau kosmetik.
Tidak seperti beberapa desa lainnya di Cenrana di mana orang biasa menggunakan sawah tadah hujan untuk bertani di kala kemarau, empang menjadi satu-satunya sumber kehidupan utama di Pusungnge.
Di desa Pusungnge, hanya ada satu sekolah yaitu yang ada di dusun II, Nipa-nipa. Jaraknya cukup jauh dari dusun I ditempuh dengan perahu katinting selama sekitar 15 menit. bahkan tidak sedikit anak SD yang tinggal di dusun I memilih untuk hengkang bersekolah ke desa lain di luar Pusungnge dengan alasan karena jarak yang memang lebih dekat dibanding bersekolah di dusun II.
Untuk kegiatan hiburan di kampung ini, masyarakat terutama anak muda biasa menghabiskan waktu dengan olahraga-olahraga seperti sepak bola, sepak takraw, bola voli, dan bulu tangkis. Adapun hiburan lainnya, televisi beserta siaran-siaran nasional dan mancanegara sudah dapat diakses warga dengan antena parabola. Melihat kemampuan akses informasi yang cukup tinggi ini, tidak semestinya masyarakat di sini dinyatakan tertinggal.
Untuk transportasi, perahu menjadi kendaraan utama warga setempat untuk mobilisasi dari satu desa ke desa lain, hingga ke kecamatan. Di Pusungnge sendiri, layaknya desa tulen, hampir tidak pernah melihat motor, apalagi mobil. Sebagai gantinya, tiap rumah memiliki perahu Katinting sebagai alat transportasi utama mereka menyeberangi sungai besar Cenrana yang terparkir rapi di pinggir sungai.
Perahu Katinting semacam perahu buatan tangan manusia pada umumnya yang panjangnya 3-4 meter yang menggunakan mesin berbahan bakar bensin dan memuat 3-4 orang. Katinting seperti yang dinaiki bapak Bupati Bone dikemudikan oleh satu orang di bagian belakang perahu.
Untuk angkutan umum, warga menggunakan perahu katinting yang lebih panjang guna memuat 10-15 orang, yang mereka sebut dengan Taxi. Taxi dapat dijumpai di dermaga-dermaga setiap desa, termasuk dipasar.
Lahan taman desa di desa ini kurang, mengingat daratan desa yang dipenuhi dengan pasir, jadi tanaman-tanaman hias agak sulit ditemui. Namun dengan mengarungi desa Pusungnge, mata tetap akan dimanjakan dengan tumbuhan-tumbuhan pesisir yang tumbuh bebas di berbagai tempat, misalnya kelapa, mangrove, dan beberapa lainnya.( TIM )

0 Response to " KUNJUNGAN BUPATI BONE DIDESA PUSUNGNGE KECAMATAN CENRANA KAB BONE"
Post a Comment