Pertambangan Tumpang Pitu Banyuwangi Milik Masyarakat
Jejak Kasus, Banyuwangi - Konflik soal pertambangan antara warga dan perusahaan pertambangan kerap terjadi di sejumlah daerah di Indonesia. Ini disebabkan kurang perhatiannya pihak perusahaan dalam memberdayakan kehidupan warga sekitar.
Namun, ini tidak terjadi pada warga sekitar Gunung Tumpang Pitu, Banyuwangi, atau tepatnya di Dusun Pancar, Desa Sumber Agung, Kecamatan Pasangaran, Kabupaten Banyuwangi. Desa yang awalnya tidak produktif kini secara perlahan menjadi sebuah desa yang mampu mendatangkan keuntungan dan manfaat besar bagi warga sekitar.
Hal ini terjadi karena hadirnya sebuah perusahaan swasta nasional, PT Indo Multi Niaga (IMN), yang terjun di dunia pertambangan. Perusahaan ini telah mengantongi eksplorasi dari Pemerintah Kabupaten Banyunwangi sejak 2006 lalu.
Sejak kehadiran perusahaan tersebut masyarakat langsung dilibatkan dalam proses penelitian. Secara perlahan, masyarakat di Kampung Pulau Merah, Dusun Pancar, Desa Sumber Agung, Kecamatan Pesangaran, Banyuwangi, itu memiliki taraf hidup yang cukup sejahtera.
Padahal, kondisi itu ternyata berbeda jauh sebelum adanya pertambangan. Kala itu, masyarakat di sana memiliki tarap hidup tertinggal. Tingkat kesejahteraan mereka pun jauh berada di bawah kehidupan masyarakat di kecamatan lainnya.
Mbah Bibit, 64, salah seorang tokoh masyarakat setempat, mengungkapkan, sebelum era 2006, kehidupan masyarakat di kampungnya terbilang minim. Tidak ada penghasilan tetap yang mampu memberikan jaminan hidup yang layak bagi warganya.
“Waktu itu, kehidupan kami sangat kacau. Apalagi setelah desa kami terhantam tsunami tahun 1994. Tidak ada penghasilan yang bisa mengangkat hidup warga disini,” ungkapnya, ketika ditemui di rumahnya.
Menurut Mbah Bibit, warga hanya mengandalkan usaha dari pertanian yang tidak bisa memberikan janji. Itu pun dengan cara menggarap lahan yang dipinjamkan PT Perhutani. Begitu juga dengan hasil melaut sebagai nelayan, yang juga tidak pasti. “Yah, pokoke penghasilan kami tidak cukup untuk hidup,” tambahnya.
Akibat minimnya kehidupan warga, lanjut Mbah Bibit, masyarakat di sana terpaksa mencuri kayu jati milik PT Perhutani untuk sekadar memenuhi kebutuhan hidup. “Tapi ada juga yang dipakai untuk mabuk, karena mereka mengaku pusing menghadapi kehidupan,” katanya.
Potensi alam yang tersimpan di dalam perut bumi Desa Sumber Agung, Kecamatan Pesangaran, ini mampu memberikan kehidupan yang lebih layak kepada mereka. Potensi alam itu tepatnya berada di dalam perut Gunung Tumpang Pitu, tepat disamping Desa Sumber Agung.
Meningkatnya kesejahteraan warga di sana mulai berlangsung ketika potensi alam itu mulai diteliti PT Indo Multi Niaga (IMN). Dengan mengantongi izin eksplorasi dari Pemerintah Daerah Banyuwangi, sejak 2006, perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan itu melakukan penelitian atas kandungan alam di Gunung Tumpang Pitu.
Sejak saat itulah, masyarakat setempat mendapat kesempatan untuk bekerja sama dengan pihak perusahaan untuk membantu melakukan penelitian hingga ke tahap ekplorasi. “Sejak PT IMN melakukan penelitian sampai ke tahap eksplorasi sekarang ini, kami selalu dilibatkan. Dari pekerjaan itu, kami mendapatkan upah. Bahkan, Anda bisa lihat sendiri, masyarakat di sini sudah mapan,” kata Saridjo, warga yang menjadi pekerja di PT IMN.
Bahkan, menurut Saridjo, warga yang sebelumnya tidak mampu membeli sepeda motor kini hampir seluruhnya memiliki kendaraan roda dua tersebut.
“Ada juga yang sudah mampu beli mobil,” katanya.
Keterlibatan masyarakat setempat dalam penelitian sumber daya alam diakui Pramono Triwahyudi, Community Development PT IMN. Menurut Pramono, walaupun belum diketahui dengan pasti, kandungan apa saja yang berada di dalam perut Gunung Tumpang Pitu, perusahaan memiliki komitmen untuk melibatkan masyarakat setempat, karena selain sebagai pemilik hak kekayaan (secara prinsif), mereka juga layak mendapatkan keuntungan.
Sampai saat ini, sudah ada sekitar 470 pekerja dan 84 persennya adalah warga lokal. “Memang belum semua warga di sini bisa ditampung, karena kami masih tahap eksplorasi. Mungkin kalau sudah ke tahap konstruksi, bisa 4 kali lipatnya. Begitu juga jika ke tahap eksploitasi, bisa 3 kali lipat dari tahap konstruksi,” ungkap Pramono di lokasi. (Rookky Sapulette/ Yanto Bangas Patih).
Namun, ini tidak terjadi pada warga sekitar Gunung Tumpang Pitu, Banyuwangi, atau tepatnya di Dusun Pancar, Desa Sumber Agung, Kecamatan Pasangaran, Kabupaten Banyuwangi. Desa yang awalnya tidak produktif kini secara perlahan menjadi sebuah desa yang mampu mendatangkan keuntungan dan manfaat besar bagi warga sekitar.
Hal ini terjadi karena hadirnya sebuah perusahaan swasta nasional, PT Indo Multi Niaga (IMN), yang terjun di dunia pertambangan. Perusahaan ini telah mengantongi eksplorasi dari Pemerintah Kabupaten Banyunwangi sejak 2006 lalu.
Sejak kehadiran perusahaan tersebut masyarakat langsung dilibatkan dalam proses penelitian. Secara perlahan, masyarakat di Kampung Pulau Merah, Dusun Pancar, Desa Sumber Agung, Kecamatan Pesangaran, Banyuwangi, itu memiliki taraf hidup yang cukup sejahtera.
Padahal, kondisi itu ternyata berbeda jauh sebelum adanya pertambangan. Kala itu, masyarakat di sana memiliki tarap hidup tertinggal. Tingkat kesejahteraan mereka pun jauh berada di bawah kehidupan masyarakat di kecamatan lainnya.
Mbah Bibit, 64, salah seorang tokoh masyarakat setempat, mengungkapkan, sebelum era 2006, kehidupan masyarakat di kampungnya terbilang minim. Tidak ada penghasilan tetap yang mampu memberikan jaminan hidup yang layak bagi warganya.
“Waktu itu, kehidupan kami sangat kacau. Apalagi setelah desa kami terhantam tsunami tahun 1994. Tidak ada penghasilan yang bisa mengangkat hidup warga disini,” ungkapnya, ketika ditemui di rumahnya.
Menurut Mbah Bibit, warga hanya mengandalkan usaha dari pertanian yang tidak bisa memberikan janji. Itu pun dengan cara menggarap lahan yang dipinjamkan PT Perhutani. Begitu juga dengan hasil melaut sebagai nelayan, yang juga tidak pasti. “Yah, pokoke penghasilan kami tidak cukup untuk hidup,” tambahnya.
Akibat minimnya kehidupan warga, lanjut Mbah Bibit, masyarakat di sana terpaksa mencuri kayu jati milik PT Perhutani untuk sekadar memenuhi kebutuhan hidup. “Tapi ada juga yang dipakai untuk mabuk, karena mereka mengaku pusing menghadapi kehidupan,” katanya.
Potensi alam yang tersimpan di dalam perut bumi Desa Sumber Agung, Kecamatan Pesangaran, ini mampu memberikan kehidupan yang lebih layak kepada mereka. Potensi alam itu tepatnya berada di dalam perut Gunung Tumpang Pitu, tepat disamping Desa Sumber Agung.
Meningkatnya kesejahteraan warga di sana mulai berlangsung ketika potensi alam itu mulai diteliti PT Indo Multi Niaga (IMN). Dengan mengantongi izin eksplorasi dari Pemerintah Daerah Banyuwangi, sejak 2006, perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan itu melakukan penelitian atas kandungan alam di Gunung Tumpang Pitu.
Sejak saat itulah, masyarakat setempat mendapat kesempatan untuk bekerja sama dengan pihak perusahaan untuk membantu melakukan penelitian hingga ke tahap ekplorasi. “Sejak PT IMN melakukan penelitian sampai ke tahap eksplorasi sekarang ini, kami selalu dilibatkan. Dari pekerjaan itu, kami mendapatkan upah. Bahkan, Anda bisa lihat sendiri, masyarakat di sini sudah mapan,” kata Saridjo, warga yang menjadi pekerja di PT IMN.
Bahkan, menurut Saridjo, warga yang sebelumnya tidak mampu membeli sepeda motor kini hampir seluruhnya memiliki kendaraan roda dua tersebut.
“Ada juga yang sudah mampu beli mobil,” katanya.
Keterlibatan masyarakat setempat dalam penelitian sumber daya alam diakui Pramono Triwahyudi, Community Development PT IMN. Menurut Pramono, walaupun belum diketahui dengan pasti, kandungan apa saja yang berada di dalam perut Gunung Tumpang Pitu, perusahaan memiliki komitmen untuk melibatkan masyarakat setempat, karena selain sebagai pemilik hak kekayaan (secara prinsif), mereka juga layak mendapatkan keuntungan.
Sampai saat ini, sudah ada sekitar 470 pekerja dan 84 persennya adalah warga lokal. “Memang belum semua warga di sini bisa ditampung, karena kami masih tahap eksplorasi. Mungkin kalau sudah ke tahap konstruksi, bisa 4 kali lipatnya. Begitu juga jika ke tahap eksploitasi, bisa 3 kali lipat dari tahap konstruksi,” ungkap Pramono di lokasi. (Rookky Sapulette/ Yanto Bangas Patih).
0 Response to "Pertambangan Tumpang Pitu Banyuwangi Milik Masyarakat"
Post a Comment