Proyek Jembatan Timbang di Jatim Patut Dipertanyakan
Jejak Kasus, Surabaya – Proyek Jembatan timbang milik Dinas Perhubungan dan LLAJ Provinsi Jawa Timur Tahun 2012 patut dipertanyakan. Pasalnya, proyek pembangunan dan rehab sarana dan prasarana yang memakan dana negara itu, kini menyisakan masalah.
Seperti pada proyek pembangunan dan rehab di jembatan timbang (JT) Guyangan di Nganjuk, JT Deket di Kab. Lamongan, dan JT Rejoso di Kab.Pasuruan, banyak ditemukan berbagai penyimpangan.
Berdasarkan Informasi yang diterima, berbagai persoalan mengenai kejanggalan proyek tersebut pun terlihat. Hal itu dilakukan tidak lain untuk memuluskan penambahan pundi-pundi pribadi oknum tertentu.
Dugaan sementara, proyek rehab jembatan timbang milik DLLAJ Pemprov jatim tersebut berbau korupsi dan gratifikasi, seperti pada mengurangi ketebalan aspal beton (AC) yang seharusnya 6 cm, faktanya kurang dari 6cm. Untuk penyimpangan besi, ukuran besi yang harusnya 13 mm tapi dipasang dengan ukuran 12 mm.
Fakta lain mengenai kecurangan proyek tersebut juga mengenai spesifikasi besi, yakni tertulis SNI, lalu ukurannya dan tulisan embos (timbul), sangat sulit menentukan besi yang digunakan sesuai dengan spek atau tidak.
Kecurangan yang dibuat pelaksana proyek tersebut cukup rapi, bahkan besi pun diakali. Alih-alih dengan hasil spesifikasi Besi, ketika melalui uji meteran, seluruh besi tidak berbunyi sama dengan yang tertulis diembos tadi. Dan kuat dugaan besi tersebut ber-SNI palsu.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) DISHUB dan LLAJ Provinsi Jatim, M Chisjqiel, AMa.PKB., ST. saat dikonfimasi terkait proyek rehab tersebut, mengatakan, “Alat yang digunakan saat mengecek tidak sesuai karena tingkat keakuratannya patut dipertanyakan, GPS aja lain merek, maka akan berbeda," ujar Chisjqiel .
Chisjqiel tidak berkomentar ketika disinggung akan melakukan compare (uji keakuratan dengan menggunakan besi SNI asli).
Sementara itu, Reynaldi, aktivis LSM LKPK menyikapi persoalan ini, ”Perilaku pejabat berlabel ‘Kerah putih’ amat mudah mendeteksinya, sudah jelas proyek yang sudah ada sampel bukan satu atau dua lokasi, tapi masih saja berkelit. Dan ini menjadi jurus andalan yang kerap diucapkan dengan nada sedikit tidak tahu ataupun berpura-pura tidak bersalah," tandasnya.
"Memang bukan tugas jurnalis memvonis ataupun menghakimi benar atau tidaknya penyimpangan pada proyek tersebut, namun akan berbeda ketika permasalahan tersebut yang menanyakan penyidik dari kejaksaan," tambahnya.
Pihaknya bakal melanjutkan dugaan penyimpangan pada Proyek JT yang diduga kuat menjadi sapi perah oknum DISHUB dan LLAJ, dengan melakukan somasi dan menggiringnya ke jalur hukum apabila data dan bukti cukup. (lik/rif)
Seperti pada proyek pembangunan dan rehab di jembatan timbang (JT) Guyangan di Nganjuk, JT Deket di Kab. Lamongan, dan JT Rejoso di Kab.Pasuruan, banyak ditemukan berbagai penyimpangan.
Berdasarkan Informasi yang diterima, berbagai persoalan mengenai kejanggalan proyek tersebut pun terlihat. Hal itu dilakukan tidak lain untuk memuluskan penambahan pundi-pundi pribadi oknum tertentu.
Dugaan sementara, proyek rehab jembatan timbang milik DLLAJ Pemprov jatim tersebut berbau korupsi dan gratifikasi, seperti pada mengurangi ketebalan aspal beton (AC) yang seharusnya 6 cm, faktanya kurang dari 6cm. Untuk penyimpangan besi, ukuran besi yang harusnya 13 mm tapi dipasang dengan ukuran 12 mm.
Fakta lain mengenai kecurangan proyek tersebut juga mengenai spesifikasi besi, yakni tertulis SNI, lalu ukurannya dan tulisan embos (timbul), sangat sulit menentukan besi yang digunakan sesuai dengan spek atau tidak.
Kecurangan yang dibuat pelaksana proyek tersebut cukup rapi, bahkan besi pun diakali. Alih-alih dengan hasil spesifikasi Besi, ketika melalui uji meteran, seluruh besi tidak berbunyi sama dengan yang tertulis diembos tadi. Dan kuat dugaan besi tersebut ber-SNI palsu.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) DISHUB dan LLAJ Provinsi Jatim, M Chisjqiel, AMa.PKB., ST. saat dikonfimasi terkait proyek rehab tersebut, mengatakan, “Alat yang digunakan saat mengecek tidak sesuai karena tingkat keakuratannya patut dipertanyakan, GPS aja lain merek, maka akan berbeda," ujar Chisjqiel .
Chisjqiel tidak berkomentar ketika disinggung akan melakukan compare (uji keakuratan dengan menggunakan besi SNI asli).
Sementara itu, Reynaldi, aktivis LSM LKPK menyikapi persoalan ini, ”Perilaku pejabat berlabel ‘Kerah putih’ amat mudah mendeteksinya, sudah jelas proyek yang sudah ada sampel bukan satu atau dua lokasi, tapi masih saja berkelit. Dan ini menjadi jurus andalan yang kerap diucapkan dengan nada sedikit tidak tahu ataupun berpura-pura tidak bersalah," tandasnya.
"Memang bukan tugas jurnalis memvonis ataupun menghakimi benar atau tidaknya penyimpangan pada proyek tersebut, namun akan berbeda ketika permasalahan tersebut yang menanyakan penyidik dari kejaksaan," tambahnya.
Pihaknya bakal melanjutkan dugaan penyimpangan pada Proyek JT yang diduga kuat menjadi sapi perah oknum DISHUB dan LLAJ, dengan melakukan somasi dan menggiringnya ke jalur hukum apabila data dan bukti cukup. (lik/rif)
0 Response to "Proyek Jembatan Timbang di Jatim Patut Dipertanyakan"
Post a Comment